"Bogor kota indah sejuk nyaman,bagai bunga didalam taman". Yah itulah
sepenggal lirik lagu kota bogor yang sering dinyanyikan anak-anak
sekolah Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Bogor.
Kota
Bogor yang hanya berjarak sekitar 60 KM dari jakarta merupakan
destinasi wisata yang banyak dikunjungi oleh warga dari Jakarta, Depok,
Bekasi dan sekitarnya untuk berlibur.
Hal tersebut
disebabkan bogor memiliki alam yang indah dan juga udara yang sejuk
karena kota bogor diapit oleh dua gunung yakni gunung Salak dan
Pangrango. Tapi tahukah anda akan sejarah kota bogor dan asal mula
penamaan Bogor yang sampai saat ini digunakan.
Bogor selain berarti tunggul kawung, juga berarti daging pohon kawung yang biasa dijadikan sagu (di daerah Bekasi). Menurut Bahasa, dalam bahasa Jawa, Bogor berarti pohon kawung atau menurut kata kerja dibogor berarti disadap. Dalam bahasa Jawa Kuno, terdapat istilah pabogoran yang menpunyai arti kebun kawung.
Dalam bahasa Sunda umum, menurut Coolsma L, Bogor berarti droogetapte kawoeng yang artinya pohon enau yang telah habis disadap atau bladerlooze en taklooze boom artinya pohon yang tak berdaun dan tak bercabang.
Jadi sama dengan pengertian kata pugur atau pogor. Akan tetapi dalam bahasa Sunda kata muguran dan kata mogoran mempunyai arti berbeda. Muguran dikenakan kepada pohon yang mulai berjatuhan daunnya karena menua atu berguguran, sedang kata mogoran berarti bermalam di rumah wanita dalam makna yang negatif.
Jadi pendapat atau cerita yang mengatakan bahwa Bogor itu berasal dari kata pamogoran bisa dianggap terlalu iseng dan mengada-ada..
Sejak 1579 Bogor sempat hilang dari percaturan historis selama kurang lebih satu abad, kota yang berpenghuni sekitar 50.000 jiwa itu kembali menampakkan tanda-tanda kehidupan kembali berkat ekspedisi yang dilakukan secara berturut-turut oleh Scipio pada tahun 1687, Adolf Winkler tahun 1690 dan Abraham van Riebeeck tahun 1704 sampai 1709.
Untuk memaksimalkan wilayah yang dikuasainya, VOC perlu mengenal suatu wilayah tersebut terlebih dahulu. Untuk meneliti wilayah yang menjadi tujuan, dilakukan ekspedisi pada tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio yang dibantu oleh Letnan Patinggi dan juga seorang sunda asal sumedang yaitu Letnan Tanujiwa.
Dari ekspedisi tersebut dan beberapa ekspedisi yang lain, tidak berhasil ditemukan pemukiman di bekas areal ibukota kerajaan Pajajaran, kecuali di beberapa tempat terpencil seperti Kedung Halang, Cikeas, Parung Angsana dan Citeureup.
Selanjutnya pada tahun 1687 tersebut, Tanujiwa yang mendapat Tugas dari Camphuijs yang memerintahkan untuk membuka hutan di bekas kerajaan Pajajaran tersebut, ia pun berhasil mendirikan sebuah perkampungan di daerah Parung Angsana yang kemudian dinamakan Kampung Baru. Dan ternyata Kampung inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal tempat kelahiran Bogor yang berdiri sekarang ini.
Beberapa kampung lainnya yang berhasil dibangun oleh Tanujiwa bersama anggota pasukannya adalah: Parakan Panjang, Panaragan, Sempur, Parung Kujang, Bantar Jati, Cimahpar, Baranang Siang dan Parung Banteng. Dengan adanya Kampung Baru menjadikannya seperti Pusat ibukota Pemerintahan bagi kampung yang lainnya.
Dokumen tanggal 7 November 1701 sejarah kota bogor, menjelaskan bahwa Tanujiwa ditetapkan menjadi Kepala Kampung
Baru berikut kampung lainnya yang ada disekitar wilayah hulu sungai Ciliwung,
De Haan mengangkat bupati-bupati untuk memimpin Kampung Baru dari orang-orang Tanujiwa (1689-1705).
Secara resmi, tahun 1745 dilakukan penggabungan
distrik-distrik baru.
Akhirnya tahun 1745, ditetapkanlah Bogor Sebagai Kota Buitenzorg yang memiliki arti
kota tanpa kesibukan yang merupakan penggabungan dari sembilan kampung dalam satu pemerintahan yang dipimpin oleh demang, yang mengepalai kampung baru.
Daerah tersebut diberi nama Regentschap Kampung Baru selanjutnya berganti nama lagi menjadi
Regentschap Buitenzorg. Ketika hindia belanda dipimpin oleh Gubernur Jenderal
Baron van Imhoff di tahun 1740, di lokasi
yang sekarang menjadi Istana Bogor dibangunlah tempat peristirahatan dengan nama Buitenzorg.
Menurut sejarah kota bogor, tahun 1752 di wilayah Bogor tidak ada orang asing, kecuali orang Belanda. Kebun Raya sendiri baru didirikan tahun 1817. Letak Kampung Bogor awalnya di dalam Kebun Raya, yang berada pada lokasi tanaman kaktus.
Pasar yang didirikan di lokasi kampung tersebut oleh penduduk disebut Pasar Bogor dan nama tersebut tetap dipakai sampai sekarang. Pada tahun 1808, Kota Bogor lalu diresmikan sebagai kediaman Resmi Gubernur Jenderal dan pusat kedudukan.
Tahun 1904 dengan keputusan Gubernur Jendral Belanda Bernomor 4 tahun 1904. Buitenzorg mempunyai luas wilayah 1.205ha yang terdiri dari tujuh Desa yang ada dalam dua Kecamatan dan dipersiapkan untukdapat menampung penduduk 30.000 Jiwa.
Pada tahun 1905 terjadi perubahan nama dari Buitenzorg diubah menjadi GEMMENTE hal ini berdasarkan Staatblad 1926 yg kemudian disempurnakan dengan Staatblad 1926 Nomor 328.
Tahun 1924 dengan keputusan Gubernur Jendral Belanda dengan Nomor
289 tahun 1924 terjadi perluasan wilayah, yaitu ditambahkan dengan desa Bantar jati dan desa Tegal Lega dengan luas 951 ha, sehingga mencapai luas 2.156 ha, dan direncanakan menampung
50.000 Jiwa.
Selanjutnya, pada tahun 1941 Buitenzorg lepas dengan resmi dari Batavia dan menjadi daerah otonomi. Dalam keputusan dari gubernur Jendral Belanda yang berkedudukan di Hindia Belanda dengan Nomor 11/1866, Nomor 208/1905 dan juga keputusan Nomor 289/1924 yang menyatakan bahwa wilayah Bogor pada waktu itu seluas 22 Km persegi, terdiri dari 2 sub distrik dan 7 desa.Itulah perjalanan sejarah kota Bogor saat masih di bawah pemerintahan Belanda.
Selanjutnya, pada tahun 1941 Buitenzorg lepas dengan resmi dari Batavia dan menjadi daerah otonomi. Dalam keputusan dari gubernur Jendral Belanda yang berkedudukan di Hindia Belanda dengan Nomor 11/1866, Nomor 208/1905 dan juga keputusan Nomor 289/1924 yang menyatakan bahwa wilayah Bogor pada waktu itu seluas 22 Km persegi, terdiri dari 2 sub distrik dan 7 desa.Itulah perjalanan sejarah kota Bogor saat masih di bawah pemerintahan Belanda.
Perjalanan sejarah kota bogor selanjutnya setelah masa kemerdekaan, berdasarkan UU No.16 tahun 1950 Kota Bogor ditetapkan menjadi Kota
besar atau Kota Praja yang dibagi dalam 2 wilayah Kecamatan yang terdiri dari16
lingkungan.
Tahun 1981 jumlah Kelurahan menjadi 22 Kelurahan, lima kecamatan dan satu Perwakilan kecamatan.Kemudian pada tahun 1992, berdasarkan PP. Nomor 44/1992, Tanah Sareal ditingkatkan statusnya dari perwakilan kecamatan menjadi Kecamatan, sehingga terdapat 6 Kecamatan dan 68 Kelurahan.
Tahun 1981 jumlah Kelurahan menjadi 22 Kelurahan, lima kecamatan dan satu Perwakilan kecamatan.Kemudian pada tahun 1992, berdasarkan PP. Nomor 44/1992, Tanah Sareal ditingkatkan statusnya dari perwakilan kecamatan menjadi Kecamatan, sehingga terdapat 6 Kecamatan dan 68 Kelurahan.
Sementara Kebun Raya Bogor yang berada ditengah kota, dibangun sejak Tahun
1817 oleh seorang ahli tanaman yang bernama Prof. Dr. RC. Reinwardth memiliki luas 87 Ha dan memiliki koleksi tanaman sebanyak 20.000 jenis yang digolongkan kedalam 6000
Species. Kebun Raya Bogor merupakan Kebun Raya terbesar di wilayah Asia Tenggara.
Itulah perjalanan sejarah kota bogor dari awal berdiri, hingga kemudian menjadi daerah dengan otonomi sendiri dan saat ini menjadi kota penyangga bagi Jakarta.
Itulah perjalanan sejarah kota bogor dari awal berdiri, hingga kemudian menjadi daerah dengan otonomi sendiri dan saat ini menjadi kota penyangga bagi Jakarta.
- Dari nerbagai sumber -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar